Kamis, 24 Maret 2011

Prinsip Kerja Desalinasi Osmosis Balik

Untuk memenuhi kebutuhan akan air tawar manusia telah mengembangkan sistem pengolahan air asin/payau dengan teknologi membran semipermeabel. Membran (selaput) semipermeabel adalah suatu selaput penyaring skala molekul yang dapat ditembus oleh molekul air dengan mudah, akan tetapi tidak dapat atau sulit sekali dilalui oleh molekul lain yang lebih besar dari molekul air.

Teknologi pengolahan air asin/payau yang akan dibahas pada tulisan ini terutama yang menggunakan teknologi filtrasi membran semipermeabel. Teknologi pengolahan air asin/payau ini lebih dikenal dengan sistem osmosa balik (Reverse Osmosis disingkat RO).

Teknologi ini menerapkan sistem osmosis yang dibalik yaitu dengan memberikan tekanan yang lebih besar dari tekanan osmosis air asin/payau. Air asin/payau tersebut ditekan supaya melewati membran yang bersifat semi permeabel, molekul yang mempunyai diameter lebih besar dari air akan tersaring.

Jika air murni dan larutan garam dipisahkan oleh selaput semipermeabel maka akan terjadi aliran yang mengalir dari zat cair dengan konsentrasi rendah menuju ke air garam (larutan air yang mengandung kadar garam tinggi) yang mempunyai konsentrasi tinggi. Aliran air melalui selaput semipermeabel tersebut dapat berlangsung karena adanya tekanan osmosis. Jika tekanan dilakukan sebaliknya yaitu air garam diberikan suatu tekanan buatan yang besarnya sama dengan tekanan osmosis, maka yang terjadi adalah tidak ada aliran dari air ke air garam atau sebaliknya.

Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya tekanan osmosis adalah konsentrasi garam dan suhu air. Air laut umumnya mengandung TDS minimal sebesar 30.000 ppm. Sebagai contoh, untuk air laut dengan TDS 35.000 ppm pada suhu air 25o C, mempunyai tekanan osmose 26,7 kg/cm2, sedangkan yang mengandung 42.000 ppm TDS pada suhu 30o C mempunyai tekanan osmosis 32,7 kg/cm2.

Jika tekanan pada sisi air garam (air asin) diberikan tekanan sehingga melampaui tekanan osmosisnya, maka yang terjadi adalah air dipaksa keluar dari larutan garam melalui selaput semipermeabel. Proses memberikan tekanan balik tersebut disebut dengan osmosis balik. Prinsip osmosis balik tersebut diterapkan untuk pengolahan air payau atau air laut menjadi air tawar. Sistem tersebut disebut Reverse Osmosis atau RO.

Sistem RO tidak bisa menyaring garam sampai 100 % sehingga air produksi masih sedikit mengandung garam. Untuk mendapatkan air dengan kadar garam yang kecil maka diterapkan sistem dengan dua sampai tiga saluran. Jika ingin membuat air minum yang mengandung kira-kira 300 sampai 600 ppm TDS cukup menggunakan saluran tunggal.

Jika air olahan yang dihasilkan menjadi semakin banyak maka jumlah air baku akan menjadi lebih besar dan sebagai akibatnya tekanan yang dibutuhkan akan menjadi semakin besar. Tekanan buatan (tekanan kerja) tersebut harus lebih besar dari tekanan osmosis pada air baku. Tekanan kerja yang dibutuhkan jika memakai air laut adalah antara 55 sampai 70 kg/cm2.

RO mempunyai ciri-ciri yang sangat khusus sebagai model pengolah air asin yaitu:

  • Energi Yang Relatif Hemat yaitu dalam hal pemakaian energinya. Konsumsi energi alat ini relatif rendah untuk instalasi kemasan kecil adalah antara 8-9 kWh/T (TDS 35.000) dan 9-11 kWh untuk TDS 42.000.
  • Hemat Ruangan. Untuk memasang alat RO dibutuhkan ruangan yang cukup hemat.
  • Mudah dalam pengoperasian karena dikendalikan dengan sistem panel dan instrumen dalam sistem pengontrol dan dapat dioperasikan pada suhu kamar. 
  • Kemudahan dalam menambah kapasitas.

Meskipun alat pengolah air sistem RO tersebut mempunyai banyak keuntungan akan tetapi dalam pengoperasiannya harus memperhatikan petunjuk operasi. Hal ini dimaksudkan agar alat tersebut dapat digunakan secara baik dan awet. Untuk menunjang operasional sistem RO diperlukan biaya perawatan. Biaya tersebut diperlukan antara lain untuk bahan kimia, bahan bakar, penggantian media penyaring, servis dan biaya operator.

 Sistem pengolahan air sangat bergantung pada kualitas air baku yang akan diolah. Kualitas air baku yang buruk akan membutuhkan sistem pengolahan yang lebih rumit. Apabila kualitas air baku mempunyai kandungan parameter fisik yang buruk (seperti warna dan kekeruhan), maka yang membutuhkan pengolahan secara lebih khusus adalah penghilangan warna, sedangkan proses untuk kekeruhan cukup dengan penjernihan melalui pengendapan dan penyaringan biasa. Tetapi apabila kualitas air baku mempunyai kandungan parameter kimia yang buruk, maka pengolahan yang dibutuhkan akan lebih kompleks lagi.

Gambar : Peralatan Desalinasi Osmosis

Untuk daerah pesisir pantai dan kepulauan kecil, air baku utama yang digunakan pada umumnya adalah air tanah (dangkal atau dalam). Kualitas air tanah ini sangat bergantung dari curah hujan. Jadi bila pada musim kemarau panjang, air tawar yang berasal dari air hujan sudah tidak tersedia lagi, sehingga air tanah tersebut dengan mudah akan terkontaminasi oleh air laut. Ciri adanya intrusi air laut adalah air yang terasa payau atau mengandung kadar garam khlorida dan TDS yang tinggi.

Air baku yang buruk, seperti adanya kandungan khlorida dan TDS yang tinggi, membutuhkan pengolahan dengan sistem Reverse Osmosis (RO). Sistem RO menggunakan penyaringan skala mikro (molekul), yaitu yang dilakukan melalui suatu elemen yang disebut membrane. Dengan sistem RO ini, khlorida dan TDS yang tinggi dapat diturunkan atau dihilangkan sama sekali. Syarat penting yang harus diperhatikan adalah kualitas air yang masuk ke dalam elemen membrane harus bebas dari besi, manganese dan zat organik (warna organik). Dengan demikian sistem RO pada umumnya selalu dilengkapi dengan pretreatment yang memadai untuk menghilangkan unsur-unsur pengotor, seperti besi, manganese dan zat warna organik.

Sistem pretreatment yang mendukung sistem RO umumnya terdiri dari tangki pencampur (mixing tank), saringan pasir cepat (rapid sand filter), saringan untuk besi dan mangan (Iron dan manganese filter) dan yang terakhir adalah sistem penghilang warna (colour removal).

Gambar : Skema Pengolahan Air Sistem Reverse Osmosis




ACROS (Asian Crossroad Over tha Sea)

Project Name: ACROS Fukuoka Prefectural International Hall
Year: 1994
Owner: Dai-Ichi Mutual Life Mitsui Real Estate
Location: Fukuoka, Japan
Building Type: Commercial
Type: Intensive
System: Single Source Provider
Size: 100000 sq.ft.
Slope: 2%
Access: Accessible, Private
Submitted by: Greenroofs.com and Emilio Ambasz & Associates
Designers/Manufacturers of Record:
Architect: Emilio Ambasz, Emilio Ambasz and Associates, Inc.
Associate Architect: Nihon Sekkei
Landscape Architect: Nihon Sekkei Takenaka Corporation
Engineer: Nihon Sekkei Takenaka Corporation
Engineering Consultant: Plantago Corporation
System Manufacturer: Katamura Tekko Company
ACROS (Asian Crossroads over the Sea) Fukuoka building terletak di kota Fukuoka, Jepang di satu sisi tampak seperti gedung perkantoran biasa berdinding kaca, namun di sisi lain memeiliki teras taman yang sangat besar. Selain mempunyai bentuk yang unik dan menarik, gedung ini merupakan contoh salah satu bangunan yang ramah dan tanggap terhadap lingkungan di sekitarnya. Gedung ini di desain sedemikian rupa mengingat terbatasnya ruang terbuka untuk penghijauan dan padatnya kota dengan bangunan – bangunan tinggi, karena gedung ini terletak pada jalan yang paling utama sebagai daerah bisnis. Arsitek gedung ACROS Fukuoka adalah Emilio Ambasz & Associates berasal dari Argentina.
Sistem roof garden tersebut sangatlah cocok apabila diaplikasikan pada gedung yang terletak pada situasi dan kondisi di tengah - tengah kota yang sangat padat. Sehingga gedung ini diharapkan mampu menjadi paru –paru bagi kota tersebut dan dunia pada umumnya.
Gedung yang mempunyai ketinggian sekitar 60 meter ini layaknya seperti gedung pada umumnya yang biasa dihiasi dengan kaca, tetapi di sisi bagian belakang terlihat sebuah taman yang hijau dan luas dengan sekitar 35.000 tanaman, yaitu terdiri dari 115 jenis tumbuh – tumbuhan yang ditananam secara mencampur dan tersebar di bagian atap gedung. Dengan desain atap yang bertingkat menyerupai terasering ini, maka di setiap tingkatan atap yang ada dibangun sebuah taman yang indah.
Tujuannya tentu saja untuk mereduksi konsumsi energi, sebab mampu menjada suhu dalam gedung tetap kosntan dan nyaman. mengurangi panas yang ada di dalam gedung sehingga pemakaian AC tidak terlalu besar serta juga menyaring udara kotor yang ada di sekitar gedung. Pemakaian AC yang tidak terlalu besar akan menghemat energi, sehingga pemakaian energi listrik pada bangunan juga akan berkurang. Sistem roof garden pada gedung ini juga mampu digunakan sebagai penahan angin pada tiap – tiap lantai. Atap hijau juga dapat air hujan dan mendukung kehidupan serangan serta burung-burung.







Taman Atap (Roof Garden): Sejarah, Manfaat, dan Aplikasinya


Pengembangan taman atap modern (roof garden atau green roof) merupakan fenomena yang relatif baru. Teknologi taman atap pertama kali dikembangkan di Jerman pada tahun 1980-an yang selanjutnya menyebar ke berbagai negara Eropa lainnya seperti Swiss, Belanda, Austria Inggris, Italia, Perancis, dan Swedia (www.efbgreenroof.eu). Bahkan saat ini diperkirakan 10% dari semua bangunan yang ada di Jerman telah memiliki taman atap. Selain Jerman, Austria (kota Linz) telah mengembangkan proyek taman atap sejak tahun 1983, demikian juga dengan Swiss yang mulai intensif mengembangkan taman atap sejak tahun 1990. Di Inggris, pemerintah kota London dan Sheffield bahkan telah membuat kebijakan khusus mengenai pengembangan taman atap. Pengembangan taman atap juga populer di Amerika meskipun tidak seintensif di Eropa. Di Amerika konsep taman atap pertama kali dikembangkan di Chicago, kemudian menjadi populer di Atlanta, Portland, Washington, dan New York (Wikipedia, 2008). Beberapa negara di Asia seperti Jepang, Korea, Hongkong, China, dan Singapura merupakan penggiat dalam proyek-proyek taman atap.
Keberadaan taman atap, khususnya di kota-kota besar (metropolis) memiliki peran penting seperti halnya ruang hijau lainnya. Ancaman terhadap eksistensi RTH akibat pembangunan infrastruktur-infrastruktur kota dapat diimbangi atau dikompensasi dengan mengembangkan taman atap. Pada umumnya manfaat taman atap (roof garden) adalah sebagai berikut (Green Rooftops, 2008; Holladay, 2006):
  • Mengurangi tingkat polusi udara, vegetasi pada taman atap mampu merubah polutan (toksin) di udara menjadi senyawa tidak berbahaya melalui proses reoksigenasi; taman atap juga berperan dalam menstabilkan jumlah gas rumah kaca (karbon dioksida) di atmosfir kota sehingga dapat menekan efek rumah kaca;
  • Menurunkan suhu udara, keberadaan taman atap dapat mengurangi efek panas radiasi sinar matahari yang berasal dari dinding bangunan maupun dari tanah (heat island effect);
  • Konservasi air, taman atap dapat menyimpan sebagian air yang berasal dari air hujan sehingga menyediakan mekanisme evaporasi-transpirasi yang lebih efisien;
  • Mengurangi polusi suara/ kebisingan, komposisi vegetasi pada taman atap memiliki potensi yang baik dalam meredam kebisingan yang berasal dari luar bangunan (suara bising kendaraan bermotor atau aktivitas industri)
  • Menampilkan keindahan pada aspek bangunan (estetika), sama halnya dengan fungsi taman pada umumnya, taman atap (green roof) menyediakan keindahan bagi aspek bangunan sehingga tampak lebih hidup, asri, dan nyaman;
  • Meningkatkan kenaekaragaman hayati kota, taman atap dapat berfungsi sebagai habitat sekaligus penghubung bagi pergerakan organisme (wildlife) antar ruang hijau di kawasan perkotaan
Berdasarkan jumlah biaya (perawatan) yang dibutuhkan, kedalaman tanah (media tanam), dan jenis tanaman yang digunakan, taman atap dibedakan menjadi tiga macam yaitu (The Environment Site.org, 2006) :
  • Taman Atap Ekstensif (Extensive Green Roof), taman atap jenis ini membutuhkan biaya perawatan yang cukup murah, media tanam (tanah) yang dangkal, dan tanaman yang digunakan adalah tanaman hias ringan. Taman atap ini mempunyai skala bangunan yang ringan dan sempit sehingga banyak digunakan pada bagian rumah yang tidak terlalu luas seperti garasi, atap rumah, teras, atau dinding.
  • Taman Atap Semi Ekstensif (Semi-Extensive Green Roof), taman atap ini mempunyai kedalaman media tanam (tanah) yang lebih dibandingkan taman atap ekstensif, mampu menampung sejumlah besar jenis tanaman dan lebih dekoratif. Taman atap ini membutuhkan struktur bangunan yang lebih kuat dan berat.
  • Taman Atap Intensif (Intensive Green Roof), taman atap ini mempunyai ukuran yang luas dengan struktur bangunan yang besar dan kuat, mampu menampung berbagai jenis tanaman baik kecil maupun besar (pohon). Taman atap jenis ini banyak digunakan pada bangunan-bangunan besar (pencakar langit) serta dapat dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi.
Taman atap juga banyak memiliki banyak keuntungan. Keuntungan keuntungan taman atap antara lain:
Keuntungan Ekologi
  • Dapat menciptakan iklim mikro yang sejuk
  • Mengundang hewan – hewan seperti burung dan unggas lainnya
  • Melestarikan tanaman lainnya
  • Mengurangi polusi udara
Keuntungan teknis
  • Menjadi penghambat laju air hujan
  • Dapat menjadi topi bagi atap teratas, sehingga beton pun menjadi lebih tahan lama
  • Dapat mengurangi bisingnya perkotaan
Keuntungan bagi pemilik gedung
  • Atap gedung menjadi lebih tahan lama sehingga biaya perawatannya pun bias lebih di tekan
  • Menambah ruang baru untuk dapat dimanfaatkan
  • Tentunya dapat meningkatkan daya jual dari bangunan gedung tersebut
Di kawasan perkotaan yang sebagian besar ruangnya dipenuhi dengan bangunanbangunan besar (pencakar langit), memiliki potensi besar untuk dikembangkan taman atap (roof garden). Aplikasi taman atap saat ini telah berkembang luas, tidak hanya terbatas pada gedung-gedung pencakar langit melainkan dapat dikembangkan pada bangunan rumah sekalipun. Aplikasi taman atap dapat dilakukan di kawasan perkotaan (urban areas), yaitu pada gedung-gedung perkantoran, mall, hotel, apartemen, atau rumah susun; di kawasan atau kompleks perumahan (residential); di kawasan industri seperti pada pabrik-pabrik; dan di tempat-tempat lainnya seperti taman hiburan (rekreasi), museum, sekolah, universitas, rumah sakit, airport, stasiun, perpustakaan, dan lain sebagainya (Green Rooftops, 2008). Beberapa contoh bangunan yang dilengkapi dengan taman atap antara lain Gedung ACROS (Asian Crossroads Over The Sea) di kota Fukuoka, Jepang; Namba Park di Osaka, Jepang; Chicago City Hall, Amerika; Ballard Library di Seattle, Amerika; Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura; Horniman Museum dan Canary Wharf di Londond, Inggris; museum L'Historial de la Vendée, Perancis; dan Golden Gate Park di San Fransisco, Amerika (Wikipedia, 2008).




Senin, 21 Maret 2011

Low Cost Housing

Sejarah Low cost housing
Low cost housing mulai dikenal di Amerika pada tahun 1929. Pada saat itu Amerika sedang mengalami penurunan karena banyaknya pengangguran dan tunawisma. Pada tahun 1937 untuk pertama kalinya dibuat UU tentang Public Housing Authorities (PHAs) dan kemudian diterapkan dengan membangun perumahan umum pertama. Setelah Perang Dunia II perhatian pemerintah mulai semakin memperhatikan tentang penyediaan rumah yang layak dan lingkungan yang baik bagi setiap warga Amerika. Pada tahun 1965, pemerintah berusaha memperhatikan perumahan bagi penduduk berpenghasilan rendah dengan memberikan subsidi langsung kepada pengembang yang akan membangun perumahan bagi keluarga berpenghasilan rendah, serta menyediakan pinjaman berbunga rendah bagi pengembang.
Pada tahun 1974, Presiden Nixon memperkenalkan metode lain untuk menyediakan perumahan bagi penduduk berpenghasilan rendah yaitu dengan program The 8 Section Rental Assistance Program, yaitu tentang penyediaan perumahan dalam bentuk sewa. Pada tahun 1987, Presiden Reagan membentuk the Low Income House Tax Credit, sebagai investor untuk memacu pengembangan produksi perumahan berpenghasilan rendah oleh investor swasta. Dan penerapan low cost housing di Amerika semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu (Rental Housing Online , n.d.).
Karena itu maka kepedulian dari semua pihak terkait dengan pengembangan rumah-rumah dengan haga terjangkau sangat diperlukan untuk meningkatkan jumlah perumahan berbiaya rendah (low cost housing) sehingga diharapkan kebutuhan akan rumah masyarakat miskin dapat terpenuhi dengan baik.

Pengertian Low cost housing
Dibawah ini merupakan pengertian dari Low cost housing :
  • Low cost housing merupakan rumah terjangkau bagi rakyat miskin atau berpenghasilan rendah baik individu maupun keluarga (Lefebvre, 2004).
  • Low cost housing adalah konsep baru yang berhubungan dengan penganggaran yang efektif dan mengikuti teknik yang membantu dalam mengurangi biaya konstruksi melalui penggunaan bahan-bahan yang tersedia secara lokal bersama dengan peningkatan ketrampilan dan teknologi tanpa mengorbankan kekuatan, peforma dan kehidupan adalah struktur (Civil Enginering Portal, n.d., para. 1).
Strategi Low cost housing
Seperti yang diketahui definisi low cost housing berdasarkan dari bacaan di atas untuk membuat sebuah rumah low cost housing tidaklah mudah maka diperlukan strategi-strategi tertentu. Secara garis besar strategi tersebut dapat dibagi menjadi seperti di bawah ini:
  1. Strategi Penggunaan Lahan.
  2. Strategi Prosedur Administrasi.
  3. Strategi Pengembangan Standar.
  4. Strategi Tipe Low cost housing.
  5. Strategi Program Pelesetarian Perumahan.
  6. Strategi Keuangan Perumahan. (Housing Evaluation Report, 2002).
Berikut ini adalah sedikit penjelasan tentang strategi-strategi untuk membuat sebuah low cost housing di atas :
1. Strategi Penggunaan Lahan.
Memilih tempat atau tanah terbaik dimana perumahan tersebut akan dibangun. Dalam mendirikan sebuah perumahan tidak harus dimulai membangun dari tanah kosong tapi dapat juga dari mengubah bangunan yang sudah ada (bangunan tua atau tidak terpakai). Strategi penggunaan lahan ini juga dapat diterapkan dengan pembagian zona menurut pendapatan minimum dan harga tanah. Strategi penggunaan lahan ini biasanya dapat dibagi lagi menjadi beberapa strategi antara lain:
Pengembangan pengisian (Infill Development) : pada beberapa daerah di kota-kota besar yang fasilitasnya umumnya sudah ada seperti transportasi kemungkinan besar masih terdapat lahan kosong atau lahan yang dapat dimanfaatkan. Pengembangan pengisian inilah yang nantinya diletakkan pada lahan tersebut untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan pada daerah tersebut. Biaya pengembangan pengisian ini juga dapat ditekan karena lokasinya yang dekat dengan banyaknya fasilitas maka biayanya pun semakin murah. Selain itu pengembangan pengisian ini juga pasti akan disukai oleh para penghuni karena lokasinya yang dekat dengan fasilitas-fasilitas umum dan transportasi karena mereka dapat menghindari biaya tinggi dari kendaraan pribadi.Hal ini juga dapat mengurangi kemacetan dan membuat system transportasi menjadi lebih efisien dan banyak digunakan oleh masyarakat(Housing Evaluation Report, 2002).
Konversi (Reuse) : Pada jaman sekarang banyak komunitas perkotaan besar yang kurang memanfaatkan pasokan-pasokan tanah yang ada. Maksudnya adalah banyak lahan-lahan dikota besar yang tidak berfungsi dengan baik seperti bangunan-bangunan tua seperti pabrik dan sekolah dan bangunan yang tidak terpakai lagi atau penggunaannya belum maksimal. Maka dari itu strategi ini bertujuan untuk mengubah bangunan-bangunan tersebut supaya nantinya bangunan ini dapat digunakan sebagai pengembangan pengisian sehingga penggunaannya bisa maksimal. Strategi ini juga menimbulkan beberapa keuntungan antara lain:
  • Dekat dengan fasilitas transportasi publik, tempat perbelanjaan dan tempat pekerjaan.
  • Lebih murah jika dibandingkan daripada konstruksi baru.
  • Lebih efisien memanfaatkan infrastruktur yang ada dan tanah pasokan.
  • Dapat digunakan untuk perumahan berbiaya rendah.
Upzoning : Karena biaya lahan atau harga tanah dari waktu ke waktu semakin naik maka pengurangan lahan tentu semakin penting untuk menekan biaya membuat rumah. Karena apabila harga lahan naik atau mahal maka biaya dari sebuah rumah semakin mahal juga. Bahkan dari beberapa kontraktor didapatkan perbandingan antara harga tanah dan harga total rumah adalah 1:4 . Dan satu diantara banyak metode/strategi pengurangan lahan adalah dengan mengurangi ukuran sebuah rumah dengan cara pembangunan ke atas/vertikal. Apalagi hal ini didukung dengan tingginya tingkat kepadatan lahan pada kota-kota besar, terutama lokasi-lokasi yang ramai seperti pusat kota(Housing Evaluation Report, 2002).
Pembagian cluster : Sebagai komunitas perkotaan yang besar, sisa lahan kosong yang ada pada perumahan misalnya taman atau tanah yang berbentuk lereng curam menyebabkan lahan yang tidak efektif . Sedangkan untuk mengubah lereng tersebut untuk dapat digunakan membutuhkan biaya yang tinggi. Untuk mengatasi masalah di atas pembagian cluster menawarkan cara menjaga pembangunan perumahan dengan biaya yang rendah, dengan cara mengurangi ukuran minimum dan membatasi pengembangan bagian yang paling cocok dari
suatu bangunan. Pembagian cluster ini menyediakan sarana untuk mencapai efisiensi lahan yang lebih besar, selain itu pembagian cluster ini juga memiliki beberapa keuntungan lain yaitu pembangunan infrastruktur menjadi lebih rendah dan biaya pemeliharaan yang lebih murah dengan mengurangi panjang jalan,trotoar, dan jalur utilitas. Ruang pelestarian terbuka yang lebih besar yang dapat digunakan untuk masyarakat dan untuk penghuni(Housing Evaluation Report, 2002).

2. Strategi Prosedur Administrasi.
Prosedur ini adalah prosedur untuk merampingkan proses administrasi dalam membuat sebuah perumahan low cost housing. Biasanya prosedur dalam membuat sebuah perumahan sangat rumit dangan adanya strategi ini maka dalam membuat perumahan khususnya perumahan low cost housing prosedurnya dapat dipermudah. Dalam pemrosesan izin surat-surat untuk membuat rumah low cost housing akan menjadi prioritas utama. Prosedur administrasi ini biasanya dapat dikelompokan menjadi dua yaitu perampingan prosedur administrasi dan prioritas pemrosesan izin (Housing Evaluation Report, 2002).
Perampingan prosedur administrasi : Biaya pemeliharaan termasuk salah satu biaya yang tersembunyi dalam anggaran pembangunan perumahan. Biaya-biaya tersebut adalah biaya yang terlibat dalam masa menjalankan proyek dan persiapan proyek. Contohnya seperti biaya bulanan asuransi, kantor, staf, peralatan, patroli keamanan, dll. Ketika masa pembangunan berjalan biaya-biaya ini juga semakin lama semakin menumpuk dan akhirnya mengakibatkan harga perumahan pun menjadi lebih mahal. Dalam beberapa yuridiksi di negara-negara lain waktu yang digunakan untuk mengeluarkan satu set lengkap izin untuk mendirikan sebuah perumahan bisa memakan waktu lebih dari 90 hari. Bayangkan lamanya waktu yang digunakan ini, pasti dampaknya sangat besar kepada biaya pemeliharaan. Maka dari itu disediakan strategi ini untuk merampingkan prosedur adminitrasinya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: counter tempat layanan yang terpusat maksudnya adalah dijadikan satu tempat layanan untuk mengurus izin sehingga bisa menghemat waktu transportasi dan antri. Kemudian mengurangi prosedur administrasi yang rumit. Selain itu meringkas izin bangunan beserta persetujuan persyaratannya, dan yang terakhir percepatan proses pembuatan izin(Housing Evaluation Report, 2002).
Prioritas pemrosesan izin : Prioritas pemrosesan izin dapat mengurangi biaya perumahan dengan meminimalkan jumlah waktu dan biaya terlibat dalam pemrosesan perizinan dan persetujuan. Namun apabila terlalu banyak izin yang diprioritaskan juga tidak bermanfaat. Prioritas pemrosesan izin ini paling efektif bila digunakan secara selektif seperti program-program pemerintah yaitu mengembangkan perumahan sederhana tersebut harus dipastikan digunakan oleh pihak yang benar-benar membutuhkan (Housing Evaluation Report, 2002).

3. Strategi Pengembangan Standar.
Menurunkan standar dari sebuah bangunan low cost housing dibandingkan bangunan lainnya. Maksudnya adalah mengurangi setiap fasilitas yang ada di setiap bangunan. Seperti persyaratan halaman depan dan halaman samping : Dengan mengurangi panjang halaman depan maka dapat mengurangi beberapa hal yang dapat menimbulkan biaya yang cukup tinggi. Misalnya seperti biaya pemasangan pipa dan kabel , trotoar dan jalan masuk. Dengan mengurangi hal ini maka dapat mengurangi biaya untuk membuat sebuah rumah sederhana. Selain itu dapat juga dengan mengurangi persyaratan halaman samping, maka lahan yang tidak berguna dapat berkurang. Dengan cara ini biaya perumahan juga dapat dikurangi karena luas rumah menjadi lebih besar atau luas tanah yang digunakan semakin kecil(Housing Evaluation Report, 2002).
Dan juga seperti persyaratan parkir : Terkadang di setiap rumah bahkan rumah sederhana yang kecil pun terdapat lahan yang digunakan sebagai tempat parkir atau yang biasanya disebut garasi. Dan juga biasanya tempat parkir yang disediakan tersebut tidak sesuai dengan rumahnya. Maksudnya kadang kala terdapat rumah yang kecil tetapi memiliki tempat parkir yang luas yang bahkan bisa digunakan untuk 2 buah mobil. Maka dari itu hal ini dapat diantisipasi dengan cara menyesuaikan kebutuhan parkir dengan jumlah kamar tidur per unit dan dengan mengurangi persyaratan untuk tipe perumahan kecil atau sederhana yang tidak membutuhkan lahan parkir. Atau dapat juga dengan membatasi jumlah kendaraan pada perumahan yang memiliki sarana transportasi yang baik. Misalnya perumahan dilewati oleh bus dan kendaraan umum lainnya. Hal ini tentu saja akan mengurangi lahan yang digunakan sehingga harga perumahan juga semakin menurun serta pemanfaatan sistem transportasi yang lebih efisien (Housing Evaluation Report, 2002).
Selokan, trotoar, sistem sanitasi dan peralatan keselamatan kebakaran : Dengan mengurangi jumlah dan luas sarana-sarana diatas maka dapat menghemat biaya perumahan. Selain itu dengan mengurangi jumlah dan luasnya, biaya perumahan juga dapat dihemat dengan cara mengganti bahan dari sarana-sarana tersebut seperti trotoar dan sistem sanitasi(Housing Evaluation Report, 2002).

4. Strategi Tipe Low cost housing.
Dalam membuat low cost housing dapat dipilih beberapa tipe perumahan sesuai yang diinginkan dan dibutuhkan. Beberapa tipe perumahan low cost housing: perumahan share, rumah dengan satu kamar penghuni, perumahan mobile, dan lainnya(Housing Evaluation Report, 2002).
Perumahan mobile, perumahan ini merupakan salah satu tipe low cost housing biasanya perumahan ini banyak ditemui di negara-negara maju seperti di Eropa dan Amerika, tetapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat. Perumahan mobile memiliki beberapa keuntungan antara lain dapat berpindah tempat dari satu tempat ke yang lainnya. Selain itu biayanya juga lebih murah dibandingkan dengan rumah sederhana(Housing Evaluation Report, 2002).
Perumahan bersama : Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah rumah tangga tunggal meningkat tajam dibandingkan jumlah total rumah tangga. Sehingga kebutuhan akan perumahan juga meningkat. Kemudian ada beberapa kecenderungan untuk memanfaatkan perumahan yang sudah ada. Pengaturan perumahan bersama menawarkan sarana yang menyediakan perumahan bagi rumah tangga tunggal untuk menghindari biaya yang lebih mahal jika dibandingkan dengan membuat unit baru. Pemilik rumah yang mau berbagi biasanya berupa penghuni lansia yang membutuhkan bantuan dengan pekerjaan rumah tangga atau untuk memberi rasa keamanan apabila ada orang dewasa yang masih muda. Ataupun bagi pemilik yang membutuhkan teman. Biasanya program perumahan bersama ini dilaksanakan oleh lembaga khusus yang mengatur kecocokan antara pemilik dan penghuni(Housing Evaluation Report, 2002).
Unit tinggal tambahan atau aksesori : Semakin banyak keluarga yang membutuhkan tempat tinggal apalagi bagi keluarga yang memiliki penghasilan rendah. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan cara unit tinggal tambahan atau aksesori. Unit tinggal ini menawarkan cara sewa dengan biaya yang rendah. Mereka juga umumnya lebih murah untuk mengembangkan dibandingkan dengan konstruksi baru dan dapat diproduksi lebih cepat. Aksesori unit tinggal yang independen, unit hidup mandiri yang diciptakan dari ruang surplus di rumah satu keluarga yang ada. Selain itu keuntungan yang didapat pemilik rumah yaitu mendapat penghasilan dari uang sewa tersebut. Hal ini mendorong penggunaan tempat atau lahan yang lebih efisien(Housing Evaluation Report, 2002).
Perumahan dengan satu unit kamar : sebuah rumah yang sangat kecil biasanya tidak lebih besar dari 150-200 kaki persegi. Sedangkan dapur dan fasilitas kamar mandi ada diluar dan digunakan secara bersama-sama dengan unit yang lainnya. Secara tradisional biasanya perumahan ini telah beroperasi sebagai tempat pekerja berlokasi di tempat komersial atau pabrik-pabrik yang menawarkan perumahan murah untuk orang dengan pendapatan terbatas(Housing Evaluation Report, 2002).

5. Strategi Program Pelestarian Perumahan.
Strategi ini bertujuan untuk menjaga supaya produk perumahan low cost housing tidak hilang karena adanya perumahan – perumahan lain, strategi ini juga bertujuan agar produk low cost housing ini dapat terjual seluruhnya. Selain menghasilkan perumahan yang lebih terjangkau, juga penting untuk mempertahankan dan meningkatkan perumahan sederhana yang sudah ada. Karena apabila perumahan sederhana yang sudah ada tidak dipelihara dengan baik maka kepercayaan masyarakat terhadap perumahan sederhana akan hilang dan nantinya perumahan ini tidak laku di pasaran. Karena itu strategi ini sangat penting agar setiap pihak yang terlibat dapat mengetahui kerusakan yang terjadi pada perumahan dengan cepat supaya kerusakan tidak meluas yang dapat berakibat fatal bagi penghuni. Sedangkan dana yang digunakan untuk perbaikan dapat berasal dari banyak pihak mulai dari badan-badan pemerintah, pengembang, sektor swasta seperti bank, dan dapat juga melalui sumbangan atau bantuan penghuni itu sendiri(Housing Evaluation Report, 2002).
Salah satunya adalah otoritas atau badan pengembangan publik : Dibuat dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi kehidupan secara umum di daerah propinsi dan melakukan segala macam dan jenis layanan masyarakat. Badan ini dapat melaksanakan kekuasaan otoritas perumahan seperti menjual dan membeli properti, layanan kredit atau KPR, meminjam dan memberi pinjaman dana, dan menerbitkan obligasi atau surat hutang lainnya. Setiap properti yang dimiliki dan dipelihara oleh badan ini digunakan terutama untuk perumahan sederhana (Housing Evaluation Report, 2002).

6. Strategi Keuangan Perumahan.
Sumber dana atau subsidi dapat berasal dari banyak instansi, antara lain Sumber dana yang berasal dari kota atau kabupaten : sebuah kota atau kabupaten dapat membantu dalam pengembangan atau pelestarian perumahan yang dimiliki secara umum atau bagi penduduk yang berpendapatan rendah dengan cara memberikan pinjaman atau hibah dana umum ke pemilik atau pengembang perumahan lokal. Sedangkan dana yang didapat kota atau kabupaten berasal dari pajak atau iuran bulanan lainnya yang diberikan kepada pemerintah kota atau kabupaten(Housing Evaluation Report, 2002).
Ada pula sumber dana yang berasal dari pemerintah pusat : Menciptakan program-program perumahan terutama perumahan untuk masyarakat berpendapatan rendah. Program-program tersebut biasanya berbentuk subsidi. Bentuk subsidinya bermacam-macam ada yang berupa potongan harga apabila membeli rumah atau pengurangan bunga cicilan apabila membeli rumah dengan kredit. Selain itu ada juga yang berupa menghapuskan atau mengurangi pajak-pajak perumahan atau kekayaan. Sumber dana untuk memberikan subsidi berasal dari pajak pemerintah yang didapat setiap tahunnya yang dianggarkan dari rencana anggaran biaya tahunan. Atau yang di negara Indonesia dikenal dengan RAPBN(Housing Evaluation Report, 2002).
Sumber dana yang berasal dari swasta : Dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu bank pemerintah, bank swasta, dan instansi-instansi swasta lainnya. Tujuan dari pihak-pihak ini tentu saja membantu mengembangkan perumahan terutama perumahan sederhana. Dan pihak yang giat dalam melakukan hal ini tentu saja bank pemerintah karena mereka harus mendukung program pemerintah ini. Bantuan-bantuan yang diberikan oleh bank kepada masyarakat biasanya berupa kredit pemilikan rumah atau yang di negara Indonesia disebut KPR. Sedangkan kepada pengembang berbentuk pinjaman dana yang berbunga rendah atau pinjaman bersubsidi sesuai dengan ketentuan pemerintah. Pinjaman bersubsidi ini dapat menanggung biaya proyek perumahan(Housing Evaluation Report, 2002).